Di Sumatera Barat, di kota kecil yang
bernama kayutanam di perbukitan Singgalang (50 km dari Padang menuju
ke Bukit Tinggi), seorang tokoh pendidikan yang bernama Mohamad
Syafei mendirikan sekolah bernama INS (Indinesische Nederlandsche
School) pada tahun 1926. Sekolah itu kemudian dikenal sebagai
'Pendidikan Ruang Pendidik INS', yang mengajarkan bagaimana seorang
anak dapat belajar dan bekerja, mencipatakan kemandirian sikap hidup
dan tidak tergantung pada pemerintah kolonial. Pada masa itu ia telah
berusaha untuk menolak atau bereaksi terhadap sistem pendidikan yang
mempersiapakan murid menjadi buruh atau pegawai kantor pemerinatah
kolonial belanda. Sekolah di Kayu Tanam berusaha membuat murid
pribumi berani bertanggung jawab, berani berdiri sendiri dan tidak
tergantung kepada orang lain. Setelah lulus dari sekolah kartini
Jakarta, Mohamad Syafei belajar di sekolah guru di belanda, ia
mengadopsi ajaran Kerschensteiner dan John Dewey yang memiliki
landasan kerja bertentangan dengan konsepsi pendidikan kolonial
belanda di Indonesia. Inti pengajaran sekolah Kayu Tanam adalah bahwa
anak-anak harus belajar bekerja, tidak hanya menggunakan akal (
rationalistic) tetapi juga keterampilan tangan. Anak harus diajarkan
bagaimana memperoleh pekerjaan seseuai dengan pembawaan dan keinginan
dalam kehidupan di masa depan (antisipatoris). Manusia sebagai
kesatuan jiwa raga juga merupakan kesatuan individu-sosial dalam
menghadapi masalah-masalah yang ada di hadapannya. Pendidikan bukan
semata-mata urusan akal, tetapi untuk mencapai kepribadian yang
selaras. Mohamad Syafei adalah salah satu tokoh pendidikan yang
pikirannya cukup matang dan relevan dengan pembangunan pendidikan di
Indonesia-bahkan sampai saat ini.
Sumber:
Agus Salim. 2007. Indonesia belajarlah: membangun pendidikan Indonesia. Tiara Wacana: Yogyakarta.
Agus Salim. 2007. Indonesia belajarlah: membangun pendidikan Indonesia. Tiara Wacana: Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar !